Jumat, November 26, 2010

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

PENDAHULUAN

Salah satu karakteristik yang penting dari proses belajar- mengajar yang efektif ialah kemampuan guru bekerja dengan subyek didik serta kemampuan mengorganisasikan pengalaman belajar sistematik. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya mampu dan mau mengerti keadaan subyek didiknya dan atas dasar pengertian ialah mengorganisasikan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka.
Salah satu keadaan subyek didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar yang langsung di kelas. Tugas guru tidak hanya sampai pada pencapaian skor rata- rata yang memadai, didik asuhannya dapat berkembang secara optimal menurut irama dan cara yang sesuai.
Oleh karena subyek didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, ataupun interaksi antara keduanya, maka di dalam tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa subyek didik yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan-kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedi yang sesuai dan bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya, subyek didik yang mengalami kesulitan yang ekstrim biasanya tidak di temukan lagi di kelas-kelas biasa akan tetapi sudah terseleksi pada kelas-kelas awal.






PEMBAHASAN

A. Pengertian Diagnostik
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen , diagnosis dapat diartikan sebagai :
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms)
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.
Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas dan termasuk hal-hal di bawah ini:
• Learning Disorder, adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
• Learning Disabilities, adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala di mana anak tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
• Learning Disfunction, adalah gejala yang menunjukkan di mana proses belajar mengajar seseorang tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda sub normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.
• Underachiever, adalah mengacu pada anak-anak yang memiliki potensi intelektual di atas normal tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
• Slow Learner, adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.

B. Gejala-gejala Ksulitan Belajar
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya.
3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.
6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.

1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikis;
7) integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi mahasiswa;
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

D. Ketentuan Norma Kesulitan belajar
Ketentuan untuk mengetahui adanya kesulitan belajar sisiwa didasarkan pada :
1. Tujuan Pendidikan yang ingin dicapai;
2. Kedudukan anak dalam kelompoknya;
3. Perbandinagn antara potensi dan prestasi yang telah dicapai;
4. Kepribadian siswa.

E. Langkah-langkah untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley , tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswa yang mengalami gangguan ?)
b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?)
c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?)
d. What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?)
e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat dicegah ?)
Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan :
• Menganalisis prestasi belajar
Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, Nilai bersangkutan lebih rendah dibanding nilai rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
• Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.
• Menganalisis hubungan sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.
2. Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :
• pada mata Pelajaran apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
• pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
• pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
• pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun.
Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan :
• observasi;
• wawancara;
• kuesioner;
• skala sikap,
• tes; dan
• pemeriksaan secara medis.
4. Memprakirakan alternatif pertolongan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
• Apakah siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ?
• Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?
• Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ?
• Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ?
• Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?
5. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi.
6. Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar siswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan.
Sifat dan jenis kesulitan belajar siswa pastilah bervariatif, maka dengan itu dapat dilakukan usaha pemberian banuan yang mungkin dapat diberikan dalam bentuk :
1. Pemberian tugas-tugas tambahan;
2. Menggunakan metode belajar yang lain atau bervariatif yang dimungkinkan dapat membantu dan mencegah terjadinya kejenuhan;
3. Pemindahan kelompok yang diprakirakan dapat membantu;
4. Meminta teman sebayanya yang pandai untuk membantu belajar;
5. Memberikan latihan belajar tertentu untuk mendasari dan menunjang kemampuan belajar, seperti latihan membaca, menulis, menghapal dan lain-lain;
6. Mengirimkan kepada ahli khusus untuk memperoleh latihan yang intensif seperti menyuruhnya untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel);
7. Menggembangkan bakat, minat dan potensi khusus yang terdapat pada sisiwa tersebut.



F. Pengajaran Remidial
Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai ketuntasan belajar. Kesadaran tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh guru untuk mengupayakan solusinya. Belajar tuntas sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang baik. Akan tetapi terdapat berbagai variabel yang sangat mempengaruhi ketuntasan belajar. Salah satunya adalah pengajaran remedial.
Pengajaran remedial memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi korektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan hasil belajar dan perbaikan segi-segikepribadian siswa.
2. Fungsi pemahaman yang memungkinkan siswa memahami kemampuan dan kelemahannya serta memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa.
3. Fungsi penyesuaian yang memungkinkan siswa menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memungkinkan guru menyesuaikan strategi pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.
4. Fungsi pengayaan yang memungkinkan siswa menguasai materi lebih banyak dan mendalam serta memungkinkan guru mengembangkan berbagai metode yang sesuai dengan karakteristik siswa.
5. Fungsi akseleratif yang memungkinkan siswa mempercepat proses belajarnya dalam menguasai materi yang disajikan dan yang terakhir.
6. Fungsi terapeutik yang memungkinkan terjadinya perbaikan segi-segi kepribadian yang menunjang keberhasilan belajar.
Beberapa pendekatan dalam pengajaran remedial pada akhirnya dikembangkan oleh guru ke dalam berbagai strategi pelayanan pengajaran remedial, yaitu :
1. Pendekatan kuratif, pendekatan yang dilakukan setelah diketahui adanya siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran. Tiga strategi yang dapat dikembangkan oleh guru, yaitu : strategi pengulangan, pengayaan dan pengukuhan serta strategi percepatan.
2. Pendekatan preventif, pendekatan yang ditujukan kepada siswa yang pada awal kegiatan belajar telah diduga akan mengalami kesulitan belajar. Strategi pengajaran yang dapat dilakukan, yaitu kelompok homogen, individual, kelas khusus.
3. Pendekatan yang bersifat pengembangan, pendekatan yang didasarkan pada pemikiran bahwa kesulitan siswa harus diketahui guru sedini mungkin agar dapat diberikan bantuan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan fungsinya, pengajaran remidial dapat dilakukan melalui langkah-langkah pokok sebagai berkut :
1. Pengenalan kasus;
2. Penetapan jenis dan sifat kesulitan;
3. Analisis latar belakang penyebab;
4. Menentukan kemungkinan metode dan teknik yang dapat dipakai dalam pengajaran remidial;
5. Evaluasi da tindak lanjut.
Metode yang dipakai dalam pengajaran remedial harus disesuaikan dengan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa metode yang dapat dipergunakan adalah metode pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, tutor sebaya, dan pengajaran individual.




















PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejala atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres. Sedangkan kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat melakukan proses belajar sebagaimana mestinya. Jadi diagnosis kesulitan belajar adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau penyuluh terhadap murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk menentukan jenis dan kekhususan kesulitan belajar yang dihadapi.
2. Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasikan dengan ciri-ciri anak didik menunjukkan prestasi yang rendah dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, lambat menyelesaikan tugas-tugas di kelas, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, dan menunjukkan sikap acuh tak acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak semangat.
3. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai ketuntasan belajar. Kesadaran tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh guru untuk mengupayakan solusinya. Belajar tuntas sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang baik. Akan tetapi terdapat berbagai variabel yang sangat mempengaruhi ketuntasan belajar. Salah satunya adalah pengajaran remedial, yang memiliki fungsi korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan dan fungsi akseleratif.







DAFTAR PUSTAKA

____________, (2007) “Alternatif Mengatasi Kesulitan Belajar” Gemari Edisi 73/Tahun VIII/Pebruari 2007 : Jakarta
Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Chrisnajanti, Wiwik. (2002) “Pengaruh Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa” Jurnal Pendidikan Penabur No.01 / Th.I / Maret 2002 : Jakarta
Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Warkitri, H. et al. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika

0 komentar:

Posting Komentar

 

Only for My Life Copyright © 2009 Community is Designed by Bie Blogger Template